Apa itu Bullish dan Bearish Market dalam Dunia Kripto?

Bagi yang sudah terbiasa dengan istilah keuangan, mendengar tren bullish dan bearish bukan pengalaman baru.
Daftar isi
Sekilas Mengenai Tren Bullish – nya Bull Market
Dikenal juga dengan sebutan bull market, istilah ini menjelaskan saat harga sedang dalam tren naik dan diperkirakan akan terus berlanjut. Pada umumnya, pasar jenis ini ditentukan oleh kenaikan harga sebesar 20% sesudah periode penurunan harga atau bear market.
Definisi ini sesungguhnya kurang sesuai dengan aset kripto – yang dapat mengalami peningkatan harga bisa lebih dari 20% meskipun sedang tidak dalam kondisi bull market.
Bull market lazim terjadi bila ada kepercayaan tinggi pada perkembangan ekonomi. Contoh yang jadi pengaruhnya adalah tingginya PDB (Pendapatan Domestik Bruto) disertai angka pengangguran yang rendah. Hal ini menggerakkan investor untuk melakukan investasi lebih banyak lagi.

Tahun 2021 bisa disebut sebagai tahun yang bullish untuk Bitcoin. Pandemi Covid-19 telah mengubah dinamika pasar saham dan perdagangan. Banyak yang mulai tertarik mencoba peruntungan lewat transaksi di Bitcoin. Sejak Januari hingga November di tahun itu, Bitcoin telah mengalami kenaikan harga yang sangat fantastis, yaitu 135%.
Ibarat burung Phoenix dalam legenda Yunani Kuno, kenaikan tersebut adalah lompatan besar setelah penurunan drastis sejak Maret 2020, yaitu saat pandemi virus Corona baru terjadi. Sama seperti siklus kehidupan pada umumnya, masing-masing bergantian tampil pada waktunya. Lagipula, semua yang turun hingga ke dasar atau titik nadir suatu saat akan naik kembali, perlahan tapi pasti atau secepat kilat.
Baca juga: Faktor yang Memengaruhi Harga Bitcoin Saat Ini dari Makroekonomi
Sekilas Mengenai Tren Bearish – nya Bear Market
Dikenal juga dengan sebutan bear market, istilah ini menjelaskan saat harga sedang dalam tren turun, biasanya disertai dengan kecemasan kolektif bahwa harga akan terus menurun. Akibatnya, terjadilah panic selling sampai banting harga habis-habisan. Umumnya, pasar jenis ini ditentukan oleh penurunan harga sebesar 20%.
Namun, sama seperti bull market, definisi ini juga kurang cocok dengan aset kripto – karena kerugian lebih dari 20% tetap bisa terjadi, meskipun sedang tidak ada bear market. Bahkan, pada akhir 2018, Bitcoin turun hampir 80% di bulan Januari.

Bagi investor berskala besar, bear market dapat dilihat sebagai fase akumulasi untuk membeli aset dengan harga murah. Strategi ini dilihat sebagai persiapan sambil menanti siklus bull market berikutnya.
Bear market dapat disebabkan oleh kesulitan ekonomi yang lebih luas, seperti penurunan pinjaman atau pengeluaran dana pemerintah, tingkat pengangguran yang tinggi atau krisis utang. Contoh: kehancuran ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008.
Baca juga: Apa Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter?
Namun, ternyata bear market juga dapat terjadi saat musim pasar sedang baik. Sama seperti roda kehidupan pada umumnya, harga-harga tidak akan selamanya naik. Bila kemudian muncul efek bearish dari bear market, anggap saja itu pertanda siklus pasar yang sehat. Semua yang naik pada saatnya akan turun juga, begitu pula sebaliknya.
Perbedaan bullish dan bearish
Inilah perbedaan antara bullish dengan bearish. Pada kenyataannya, kita akan selalu mengalami keduanya secara bergantian. Karena itulah, kita harus selalu siaga dengan perubahan siklus pasar dan kondisi ekonomi global. Apalagi, pandemi Covid-19 belum juga usai di tahun 2022 ini.
Baca juga: Apa yang Menentukan Harga Bitcoin?
Semoga kita dapat sama-sama jeli menyikapi kedua fenomena yang saling bertolak belakang ini. Bahkan saat bull market maupun bear market, semoga kita tetap sejahtera.