Apa Itu Inflasi? Penyebab, Dampak, dan Contohnya

Daftar isi
Apa itu inflasi?
Inflasi adalah suatu kejadian penurunan nilai mata uang lokal yang berakibat pada penurunan daya beli masyarakat atau kosumen. Akibat kejadian ini konsumen terpaksa mengeluarkan uang lebih banyak untuk berbagai macam barang, baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier.
Ekonom dan peraih Nobel, Milton Friedman menyebutkan bahwa inflasi akan selalu terjadi dan menjelma sebagai fenomena moneter. Dengan kata lain, inflasi tidak dihindari dan normal terjadi. Namun, kapan tingkat inflasi dikatakan normal? Apa penyebab, dampak, dan contoh inflasi? Mari simak ulasan berikut.
Baca juga: Apa Itu Deflasi? Contoh dan Perbedaannya dengan Inflasi
Tingkat Inflasi Normal
Normal tidaknya tingkat inflasi berbeda antara satu negara dan negara lain. Federal Reserve, bank sentral AS, menentukan target tingkat inflasi jangka panjang sebesar 2%. Sementara, bagi negara berkembang seperti Indonesia, sebaiknya berusaha menjaga tingkat inflasi sekitar 4%.
Mengutip siaran pers Bank Indonesia, data Badan Pusat Statistik menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada 2021 terbilang rendah karena di bawah rentang target 3,0±1%. Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat inflasi tersebut antara lain permintaan domestik yang melemah akibat pandemi Covid-19, pasokan barang dan jasa memadai, dan sinergi kebijakan BI dan pemerintah dalam memelihara kestabilan harga.
Baca juga: Apa Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter?
Penyebab Utama Inflasi
Secara umum, ada dua hal penyebab terjadinya inflasi. Anda dapat memandangnya dari dua sisi, yaitu faktor permintaan dan penawaran. Pertama, peningkatan permintaan yang mendorong naiknya harga barang konsumsi dan barang lainnya. Hal itu terjadi karena permintaan lebih tinggi daripada penawaran.
Kedua, dari sisi penawaran yang ditandai dengan penyusutan pasokan. Penyebabnya beragam, mulai dari bencana alam, perubahan kebijakan moneter, atau peristiwa lain yang membuat rantai pasokan terganggu.
Inflasi yang terjadi saat ini adalah kombinasi faktor penarik permintaan dan faktor pendorong biaya. Pendek kata, kekurangan barang yang terjadi diperkuat dengan dorongan kolektif untuk membelanjakan uang. Permintaan terpendam pun mencuat dan penghapusan kontrol harga terjadi. Setidaknya inilah skenario inflasi yang diyakini para ahli dari Gedung Putih di AS.
Baca juga: Mengenal Hukum Penawaran dan Permintaan
Dampak Inflasi
Kenaikan inflasi yang tajam secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu bisa menyebabkan penurunan nilai mata uang. Nilai uang Anda tetap, tetapi daya belinya hilang seiring peningkatan permintaan dan menurunnya penawaran. Sebab masyarakat akan bersaing demi mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan. Ini membuat semua harga lebih mahal. Maka, dengan jumlah uang sama, Anda hanya ‘mampu’ membeli lebih sedikit.
Bayangkan jika inflasi terjadi secara berkelanjutan. Jika per tahun tingkat inflasi naik hingga 5%, dalam 10 tahun harga barang-barang akan lebih mahal hingga 50% daripada saat ini. Pertanyaannya, apakah dalam kurun waktu tersebut daya beli masyarakat juga meningkat?
Baca juga: Apa itu Resesi Ekonomi? Kenali Penyebab dan Dampaknya
Cara Mengatasi Inflasi
Apa yang bisa kita lakukan untuk mengukur inflasi?
Indeks Harga Konsumen (IHK) dipakai dalam mengukur harga rata-rata barang dan jasa yang berubah selama periode waktu tertentu. IHK berperan penting untuk menunjukkan seberapa cepat peningkatan inflasi terjadi.
Tingkat inflasi dapat ditangani dengan mengubah suku bunga. Biasanya, bank sentral akan menetapkan suku bunga berupa retribusi yang lalu dibebankan pada pinjaman. Dengan suku bunga tinggi, pinjaman lebih mahal. Akibatnya, suku bunga pinjaman menurun sehingga peredaran uang lebih sedikit dalam perekonomian. Hal tersebut akan mengurangi inflasi.
Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Inflasi?
Contoh Inflasi
Anda dapat mencari contoh inflasi dari barang kebutuhan sehari-hari. Misalnya, pada tahun 2011 harga telur ayam di pasar wilayah Jabodetabek Rp18.000 per kg atau setara dengan 17 butir telur. Namun, memasuki tahun 2022 harga telur ayam melonjak hingga Rp25.000 per kg. Artinya, dengan uang Rp18.000 Anda hanya bisa membeli 12 butir telur saja.
Melonjaknya harga telur dipengaruhi beberapa faktor. Contoh, mahalnya pakan ternak dan kenaikan harga BBM yang membuat biaya angkut dari peternak ke pengecer hingga toko ritel lebih tinggi.
Seiring waktu, kita harus menerima bahwa inflasi tidak bisa dihindari. Namun, pemerintah akan melakukan berbagai usaha guna menjaga tingkat inflasi tetap stabil. Masing-masing negara punya pendekatan sendiri untuk mengendalikan inflasi, tetapi kebijakan moneter seperti menaikkan atau menurunkan suku bunga dipandang sebagai langkah efektif dalam berbagai situasi. Semoga informasi ini bermanfaat!
Baca juga: Mengenal Apa Itu Subsidi dan Manfaatnya Bagi Masyarakat