Alasan Nilai Tukar Bitcoin Begitu Tinggi Hingga Saat Ini

Alasan Nilai Tukar Bitcoin Begitu Tinggi Hingga Saat Ini

Bitcoin (BTC) telah menjadi sebuah sensasi dalam beberapa tahun terakhir ini, terutama dari sisi nilai tukar aset digital ini. Digaungkan sebagai masa depan transaksi keuangan, BTC kini dipopulerkan oleh banyak orang yang melek teknologi keuangan modern. Sesekali di media sosial, kita akan menemukan orang-orang yang berusaha mempromosikan penggunaan BTC untuk melakukan kegiatan transaksi baik di dalam maupun luar negeri.

Bitcoin adalah mata uang digital yang dapat digunakan sebagai aset digital yang bisa disimpan, ditransfer, dan diperjualbelikan lewat internet. Di luar negeri, BTC juga menjadi alat pembayaran yang populer untuk transaksi digital seperti untuk pembayaran produk.

Yang unik dari BTC adalah harganya yang tidak tetap dan bisa melonjak kapan saja. Ketika harganya bisa meningkat lebih dari 100%, bisa dibayangkan bagaimana banyak orang tergiur untuk menggunakan BTC untuk keperluan transaksi digital. Namun sebaliknya, harga BTC juga bisa menurun dengan cukup signifikan.

Baca juga: Bitcoin Adalah Emas Digital yang Bernilai, Apa Benar?

Faktor Penentu Nilai Tukar Bitcoin

Jika dipikir-pikir, kenapa harga BTC terlihat tidak stabil dan kenapa BTC tetap menjadi aset digital yang berharga bagi banyak orang? Untuk tahu alasannya, mari kita simak pembahasan di bawah ini.

Faktor kelangkaan

Tidak seperti uang konvensional yang kita kenal, BTC tidak diproduksi dalam jumlah yang banyak. Sebagai akibatnya, seperti emas, BTC memiliki jumlah yang terbatas dan tidak bisa diproduksi begitu saja. Saat ini, terdapat sekitar 19 juta BTC yang tersedia di pasaran dengan kapasitas maksimal sebanyak 21 juta.

Dari sini, terlihat bahwa jumlah BTC jauh lebih sedikit dari uang konvensional yang ada sekarang. Namun, tiap BTC memiliki nilai yang sama satu dengan lainnya (fungible) dan mudah terverifikasi lewat blockchain. Akibatnya, nilainya tidak bisa disamakan dengan nilai uang konvensional yang mudah mengalami inflasi atau penurunan nilai ketika jumlah pasokannya ada banyak.

Sebaliknya, BTC mengikuti prinsip deflasi, yaitu nilainya akan makin bertambah ketika jumlah barangnya makin sedikit, yang dibuktikan dengan makin sedikitnya jumlah BTC yang saat ini tersedia.

Faktor kegunaan

Tidak seperti transfer uang konvensional yang menggunakan bank sebagai jasa perantara (intermediary). BTC menggunakan sistem peer-to-peer (P2P) yang terjadi langsung dari pengirim ke penerima uang. Tidak adanya atau sangat kecilnya biaya transfer membuat BTC menjadi alternatif bagi orang-orang yang tidak ingin terbebani oleh biaya transfer antar bank.

Selain itu, BTC juga bisa dipakai untuk transfer ke mana saja. Hal tersebut membuat semua orang di seluruh dunia bisa mengirim dan menerima BTC tanpa perlu mempertimbangkan batas transaksi.

Faktor permintaan dan penawaran

Permintaan dan penawaran (supply and demand) Bitcoin juga menjadi penentu harga BTC yang tidak stabil di pasaran. Dengan adanya permintaan yang banyak terhadap BTC dan dibarengi dengan jumlah BTC yang terbatas, harga BTC pun menjadi semakin tinggi walau permintaannya juga tinggi.

Secara bersamaan, interaksi antara pembeli dan penjual BTC juga memastikan harga BTC tetap berada di tingkat sekarang ini di tengah keterbatasan BTC. Terlebih lagi, BTC juga memiliki nilai masa depan (future value) yang ditentukan oleh keyakinan pasar akan nilai suatu barang di masa depan.

Baca juga: Apa yang Menentukan Harga Bitcoin?

Kesimpulan

Sekarang kita dapat memahami meskipun jumlahnya terbatas, nilai Bitcoin tetap menjadi perhatian banyak orang yang ingin menggunakannya.

Apakah artikel ini membantu?

1
0