Bitcoin dan Islam: Apa yang para ahli katakan?

Sebagai perusahaan yang beroperasi di negara dengan populasi Muslim yang besar, kami sangat tertarik untuk melihat bagaimana Bitcoin dilihat dari kacamata Islam. Diwakili penulis tamu (guest post) kehormatan kami yang juga seorang jurnalis keuangan ternama, Ibu Suraya Zainudin berbincang dengan Profesor peraih penghargaan di bidang Islamic Finance untuk membahas topik ini lebih lanjut.
Kami sangat beruntung dapat berbincang d dengan Profesor Emeritus Dr Rodney Wilson, penerima penghargaan bergengsi 1435H IDB Prize Islamic Banking & Finance. Beliau juga merupakan anggota fakultas di Universitas Durham dan The Global University of Islamic Finance (INCEIF).
Dr. Wilson meninjau bahwa “tidak ada keberatan Shari’a untuk menggunakan Bitcoins sebagai alat bayar dan terima“, namun ia menambahkan bahwa tidak disarankan untuk orang yang ber-ekonomi rentan – seperti mereka yang berpenghasilan rendah atau tidak cakap berfinansial – untuk memegang mata uang tanpa memahami risikonya terlebih dahulu. “Prinsip pembagian risiko adalah hal mendasar di keuangan Islam, tetapi investor perlu memahami apa risiko yang akan mereka tanggung.”
Singkatnya, seorang Muslim yang tertarik untuk menemukan potensi Bitcoin dan keuntungannya, pertama-tama harus menyadari risiko dan kekurangannya terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan konsep gharar dalam Islam. Konsep keuangan Islam yang menjelaskan suatu hal ‘tidak diketahui, tidak pasti, dan risiko yang berlebihan’, yang umumnya dilarang dalam Islam.
Mari kita lihat beberapa informasi relevan mengenai risiko dan keuntungan Bitcoin, khususnya tersangkut dengan perspektif Islam.
Bitcoin itu baik:
Bitcoin memiliki banyak keunggulan; yaitu cepat, aman dan bebas untuk memindahkan atau mengirimkan suatu nilai dalam bentuk aset kepada teman atau keluarga baik lokal maupun internasional. Selain itu, bitcoin juga sangat bagus untuk transaksi online, memberikan privasi dan transparansi kepada konsumen, dan memberikan kendali kepada konsumen untuk menggunakan uang mereka sendiri (konsumen menyimpan nilai uangnya sendiri dalam bentuk bitcoin / digital, atau menggunakan layanan seperti Luno yang dapat melakukannya dengan aman).
Dalam diskusi ini, kami juga menerima penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana Bitcoin dapat mematuhi berbagai aspek perbankan dan keuangan Islam. Contohnya:
Bitcoin sesuai dengan larangan riba
Charles W. Evans, yang menganalisis mata uang virtual dari sisi Perbankan Syariah menerbitkan sebuah Journal of Islamic Banking and Finance tertulis bahwa ‘…Bitcoin atau sistem serupa mungkin adalah media yang lebih tepat untuk Perbankan dan Keuangan Islam daripada mata uang riba yang didukung oleh Bank sentral, terutama bagi orang yang tidak memiliki rekening bank dan perdagangan atau transaksi lintas negara berskala kecil.
Bitcoin menggabungkan prinsip maslahah dan saling berbagi risiko
Di dalam jurnal yang sama, Evans menulis bahwa ‘BMS (sistem manajemen blockchain) … menggabungkan prinsip-prinsip maslahah (manfaat sosial dari eksternalitas positif) dan saling berbagi risiko (kebalikan pemindahan risiko)’. BMS adalah struktur yang mendasari di balik Bitcoin dan cryptocurrency lainnya.
Memiliki potensi sebagai mata uang paralel (dengan fiat & mata uang lokal)
“Bitcoin bisa menjadi mata uang paralel, bukan mata uang pengganti”, kata Dr. Wilson. Uang tunai atau mata uang lokal seperti dolar AS atau rupiah pasti akan selalu ada karena telah diakui dan digunakan secara luas. Namun, bitcoin dapat digunakan bersama-sama dengan dan melengkapi fiat atau mata uang lokal. Dengan cara ini, pengguna bitcoin bisa memanfaatkan keunggulan masing-masing mata uang, sesuai kebutuhan masing-masing. Sebagai contoh, fiat dapat digunakan di toko-toko, sedangkan bitcoin dapat digunakan dengan murah untuk mentransfer dana dari satu negara ke negara lain.
Bitcoin sebagai alat untuk lindung nilai / investasi
“Saya bisa membayangkan bitcoin sebagai pilihan yang menarik (bagi seorang individu untuk disimpan sebagai alat lindung nilai) jika mata uang yang dikeluarkan oleh suatu negara sedang menghadapi masalah, seperti Zimbabwe atau Venezuela” ujar Dr Wilson. “Orang-orang memilih ke emas dan logam mulia untuk menyimpan kekayaan mereka (saat mata uang negara kehilangan nilai).” Lanjutnya, sebagai investasi, “Bitcoin memiliki peran khusus dalam portfolio mata uang dunia, tetapi ketergantungan yang berlebihan dapat menjadi strategi yang berisiko bagi investor. Risiko terbesar adalah depresiasi terhadap mata uang umum karena tidak ditopang oleh bank sentral.” Intinya, jangan menyimpan semua telur Anda dalam satu keranjang” (diversifikasi aset atau portofolio).
Bitcoin itu tidak bagus:
Bitcoin kadang-kadang memiliki sedikit reputasi buruk, sebagian besar didorong oleh liputan media yang buruk, kami coba gugat tentang liputan mereka dalam artikel kami di sini. Hal ini juga didukung dengan banyaknya salah persepsi atau kesalahpahaman tentang Bitcoin yang beredar di masyarakat. Oleh karena itu, layaknya instrumen keuangan atau investasi (emas, saham, valas, dsb) dan teknologi pasti memiliki risikonya masing-masing:
Rentan naik turun
Bitcoin dianggap sebagai mata uang yang sangat volatil atau fluktuatif. Pada tahun 2013 (dijuluki ‘The Year of Bitcoin‘ oleh Forbes) dan 2021 dijuluki aset terbaik dalam sepuluh tahun terakhir mengalahkan aset lainnya. Pada 2013, harga Bitcoin dimulai di angka US$ 13 per bitcoin dan puncaknya US$ 1.150, kemudian turun menjadi $520 dalam hitungan beberapa bulan. Meskipun bitcoin telah naik-turun beberapa kali (ATH US$ 64.863,1 atau +/- Rp 950 juta) saat ini sedang dalam periode stabil (semester pertama 2021), Muslim yang tertarik bitcoin harus sadar akan risikonya – harga bisa naik cepat dan tinggi, tetapi bitcoin juga memiliki potensi turun nilainya dengan dengan cepat, sama seperti aset lain.
Ada kurangnya pedagang yang menerima bitcoin, meskipun hal ini sedang berubah
Salah satu keistimewaan bitcoin adalah pengguna atau pemiliknya tidak perlu bergantung pada pihak ketiga seperti bank atau penyedia layanan pembayaran lainnya untuk mentransfer dana ke orang lain. Namun, belum banyak pedagang atau usaha yang menerima bitcoin sebagai alat pembayaran. Kesenjangan ini dikurangi oleh hadirnya kartu debit bitcoin, yang memungkinkan dompet bitcoin dihubungkan dengan layanan proses pembayaran (seperti Visa atau MasterCard) untuk memungkinkan akses transaksi memnggunakan Bitcoin yang lebih luas. Di tahun 2016 saja ada lebih dari 150.000 usaha atau bisnis yang menerima pembayaran dengan menggunakan Bitcoin, dan jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya.
Penyalahgunaan Bitcoin
Seperti mata uang lainnya, produk dan jasa bertuliskan nama Bitcoin telah digunakan oleh scammers dan penjahat siber untuk mendapatkan keuntungan dari orang-orang yang tidak bersalah, terutama dari yang kurang cakap finansial. Meninjau bahwa transaksi bitcoin cepat dan tidak dapat dikembalikan, pengguna bitcoin tidak dapat mengembalikan ataupun meminta uang yang telah dikirim. Ini adalah efek samping yang menguntungkan dari atribut positif mata uang tersebut.
Kurangnya badan pengawas
Sifat desentralisasi Bitcoin berarti bahwa ini tidak jatuh di bawah suatu yurisdiksi atau tanggung jawab negara manapun. Tidak ada badan pengawas formal. “Jika ada badan pengawas formal, kita bahkan tidak tahu di mana untuk menempatkan institusi tersebut,” canda Dr Wilson, mengacu pada sifat stateless (tidak merujuk pada satu negara manapun) bitcoin ini. Hal ini membuat sulit untuk mengatasi kasus penipuan terkait bitcoin. Namun, untungnya saat ini banyak negara yang telah mengeluarkan regulasi yang jelas terkait Bitcoin. Tidak sedikit juga yang menerima Bitcoin dan mengategorikannya sebagai aset atau alat pembayaran dan atau keduanya secara legal.
Reputasi sebagai ‘mata uang untuk penjahat’
Ketika Bitcoin digunakan untuk membeli obat di film ‘Dope’, masyarakat Bitcoin memuji kontribusi film untuk visibilitas bitcoin bukannya menghilangkan kesalahpahaman tentang Bitcoin yang hanya digunakan semata-mata dan secara eksklusif untuk kegiatan kriminal. Sementara Bitcoin dapat disalahgunakan di dunia maya, anonimitas hanyalah mitos saja karena transaksi bitcoin bisa dilacak. Selain itu, peraturan baru yang berlaku saat ini membuat transaksi bitcoin yang anonim akan menjadi jauh lebih sulit dilakukan.
Bitcoin dalam Islam: kesimpulannya
Terlalu banyak penggemar Bitcoin fokus kepada keuntungan Bitcoin tanpa meninjau kelemahannya. Pengambilan risiko yang berlebihan atau gharar secara finansial memang berbahaya bagi umat Islam dan praktisi dari agama-agama lainnya. Namun, dengan pemahaman yang cukup (DYOR), menggunakan Bitcoin sendiri termasuk Syariah. Bitcoin ini halal – atau setidaknya, fatwa tidak mendeklarasikan ini sebagai sesuatu yang tidak diizinkan.
Hikmahnya bagi seorang Muslim yang tertarik dengan bitcoin apa? Jika Anda mendapatkan informasi yang cukup untuk menimbang risiko dan manfaatnya, jangan ragu untuk membeli, menyimpan dan menggunakannya. Jika menurut Anda terdapat lebih banyak buruk daripada baiknya, maka hindari.
Mari kita luangkan waktu untuk menghargai bagaimana falsafah ini bekerja dengan baik dengan hal-hal lainnya dalam kehidupan kita.