BTC dan ETH turun lagi, White Paper CDBC Rupiah Segera Rilis

BTC dan ETH turun lagi, White Paper CDBC Rupiah Segera Rilis

Harga BTC kembali turun ke bawah US$20.000 (sekitar Rp299 juta) setelah sempat menyentuh level di atas US$22.000 (sekitar Rp329 juta). Aset kripto besar lainnya juga mengalami penurunan, di mana Ethereum kembali ke kisaran US$1.000 (sekitar Rp14 juta) setelah sempat menyentuh US$1.200 (sekitar Rp17 juta) pekan lalu.

Investor tengah menantikan rilisnya Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI), yang merupakan salah satu indikator inflasi di Amerika Serikat. Pengumuman di hari Rabu ini akan jadi petunjuk soal pergerakan suku bunga yang akan diambil oleh the Fed berikutnya. Para analis meyakini bahwa, indeks ini merupakan salah satu pemicu pergerakan harga di seluruh pasar keuangan tahun ini. 

Selain itu, kami juga punya beberapa berita menarik dari dunia kripto yang sayang kalau Anda lewatkan. Baca selengkapnya di bawah, ya!

White paper Rupiah Digital kabarnya siap meluncur akhir 2022

Bank Indonesia rencananya akan merilis white paper CBDC (central bank digital currency) Rupiah pada akhir 2022. White paper atau dokumen informasi ini berisi rencana pengembangan Rupiah Digital, yang merupakan CBDC keluaran BI. 

Belum ada kabar kapan Rupiah Digital akan diluncurkan dan bisa digunakan secara luas. Sejauh ini, Bank Indonesia masih menggodok tiga poin penting yang diperlukan untuk menerbitkan mata uang digital ini.  Yang pertama, memastikan bahwa CDBC tidak akan mengganggu stabilitas sistem keuangan yang ada.

CDBC juga harus bisa terintegrasi, terkoneksi, dan dapat saling beroperasi dengan infrastruktur pasar keuangan maupun sistem pembayaran. Poin ketiga yang tak kalah penting adalah, eksperimen untuk menemukan teknologi yang akan digunakan pada implementasi CBDC. Apakah nantinya akan menggunakan sistem distributed ledger technology (DLT) blockchain, atau non-DLT.

Investor milenial di Amerika Serikat lebih pilih kripto dari pada reksadana?

Survei terbaru yang dirilis oleh Alto Alternative Investing Report di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa 39% milenial di AS punya aset kripto. Angka tersebut ternyata lebih besar dari jumlah milenial yang berinvestasi pada reksadana, dan hampir sama dengan milenial yang berinvestasi pada saham.

Hasil survei tersebut menunjukkan indikasi bahwa investor dari generasi yang lebih muda punya minat yang cukup tinggi untuk berinvestasi pada aset alternatif. Alternative asset yang kerap disebut alt adalah jenis investasi selain instrumen tradisional selain saham dan obligasi. Bitcoin dan aset kripto lainnya tergolong sebagai alt.

Peso turun terus, warga Argentina mulai beralih ke stablecoin

Masyarakat Argentina mulai beralih ke stablecoin setelah harga Peso, yang merupakan mata uang resmi Argentina, terus menurun. Kondisi politik dan ekonomi yang tidak stabil di Argentina membuat nilai peso turun 15% sepanjang akhir pekan lalu. Saat ini, 1 dolar Amerika setara dengan 126 peso. Lima tahun yang lalu, 1 dolar Amerika Serikat masih setara dengan 17 peso saja. 

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Chainanalysis tahun lalu, Argentina masuk ke daftar 10 negara dengan tingkat adopsi tertinggi dan terbesar di Amerika. 

Kenya jadi negara dengan adopsi kripto tertinggi di Afrika

Dalam riset yang dilakukan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), yaitu lembaga PBB untuk Perdagangan dan pembangunan, Kenya jadi negara dengan proporsi kepemilikan kripto paling tinggi di Afrika. 

Laporan tersebut mengungkap bahwa kemudahan untuk mengirim uang, dan “perlindungan tabungan rumah tangga”, jadi dua alasan penting yang mendukung tingginya adopsi kripto di Kenya.

Analisis harga

Bitcoin masih mendapatkan support kuat di harga puncak 2017 pada angka US$19.500 (sekitar Rp292 juta). Sebelumnya, BTC sempat ditutup di kisaran level puncak tahun 2017 selama beberapa pekan terakhir. Jika support gagal dipertahankan, maka level puncak tahun 2019, yaitu US$14.000 (sekitar Rp209 juta), berpotensi menjadi level support berikutnya. 

US$16.000 – US$17.000 (sekitar Rp239 juta – Rp 254 juta) juga berpotensi menjadi level support Bitcoin berikutnya. Angka ini merupakan level resistance selama rally di awal tahun 2018, sebelum kenaikan harga Bitcoin di tahun 2020.

Dalam beberapa pekan terakhir, Bitcoin stabil di rentang trading antara US$19.000 dan US$22.000 (sekitar Rp284 juta – Rp 329 juta), dengan US$22.000 sebagai resistance pada beberapa momen. 

Kalau BTC berhasil menembus ke atas, maka level resistance kuat Bitcoin berikutnya ada di angka US$28.000 (sekitar Rp419 juta), yang termasuk salah satu harga terendah di tahun 2021. 

Perlu dipahami, bahwa ini hanyalah level-level teknis. Dengan kondisi yang penuh ketidakpastian di pasar global, maka ada banyak faktor lain yang perlu diperhitungkan dalam analisis untuk memprediksi pergerakan Bitcoin.


Artikel ini hanya bertujuan untuk memberikan informasi, bukan rekomendasi ataupun ajakan investasi. Luno selalu menyarankan Anda untuk melakukan riset sesuai dengan kebutuhan Anda sebelum berinvestasi atau trading cryptocurrency.

Apakah artikel ini membantu?

0
0