Indodax dan Luno – Bagaimana cara trading arbitrage di Indonesia?

Arbitrage atau arbitraging adalah salah satu strategi trading yang sudah ada cukup lama dan sering digunakan. Dengan sistem ini, Anda dapat membeli aset investasi di layanan trading atau exchange (bursa) yang berbeda, juga di wilayah hukum yang berbeda dengan harga yang sedikit lebih rendah. Anda pun bisa menjualnya lebih tinggi di negara lainnya.

Tidak perlu jauh-jauh melakukan arbitrage trading lintas geografis negara, karena hal tersebut dapat dilakukan di ranah lokal. Di Indonesia sendiri, Anda dapat membeli sejumlah aset kripto seperti Bitcoin dari sebuah exchange, misalnya di Luno, lalu Anda jual di layanan exchange lainnya, misalnya di Indodax.

Arbitraging di negara berkembang

Fenomena arbitrage sebetulnya cukup lazim dikenal di banyak negara berkembang dengan pilihan layanan exchange aset kripto dengan likuiditas tinggi yang terbatas.

Belakangan ini, tren Arbitraging aset kripto mulai kembali merebak di kalangan trader kripto di berbagai belahan dunia. Bahkan, ada beberapa negara yang memberikan istilah khusus untuk strategi ini. Contohnya Kimchi Premium, istilah yang disematkan pada perbedaan harga aset kripto di bursa kripto asal Korea Selatan dibandingkan dengan bursa kripto asal negara lain. Nama ini mengacu pada masakan khas negeri ginseng tersebut yang merupakan hidangan sayuran fermentasi.

Secara teori, seharusnya trading dengan strategi arbitraging dapat membuat harga aset kripto sama di seluruh pasar dan platform. Namun dalam praktiknya, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti likuiditas, kontrol modal, biaya, dan volatilitas harga. Akan tetapi, setidaknya kita dapat memilah aset kripto lokal yang memiliki biaya rendah dan likuiditas tinggi seperti Luno dan Indodax.

Mengapa Bitcoin?

Bitcoin menyumbang sekitar 65% dari total kapitalisasi pasar kripto di seluruh dunia dan masih menjadi kripto utama yang diminati untuk arbitraging. Trader Indonesia pun menunjukkan minat yang cukup bagus. Dengan volume trading Bitcoin mingguan berkisar antara Rp150 miliar hingga hampir Rp1 triliun di 2020 saja, Indonesia menjadi salah satu negara dengan minat aset kripto tertinggi di Asia Tenggara. Angka tersebut juga masih didominasi oleh trader yang menggunakan platform seperti Indodax dan Luno. 

Mari kita pahami terlebih dahulu karakteristik Bitcoin sebelum membahas arbitraging dengan lebih dalam. Perlu Anda ingat, Bitcoin adalah aset yang dikenal memiliki potensi untung tinggi namun di sisi lain juga memiliki risiko yang tinggi.

Pada setiap exchange, harga Bitcoin ditentukan oleh transaksi trading terakhir yang dilakukan pada exchange tersebut. Perlu diingat bahwa exchange yang berbeda memiliki jumlah pembeli dan penjual dengan preferensi yang berbeda, maka wajar jika harga tidak akan berkorelasi 100%.

Anda dapat melihat exchange sebagai pasar tertutup yang tidak terhubung langsung. Selain itu, beberapa exchange memiliki aktivitas trading yang sangat rendah sehingga harga Bitcoin di exchange mereka tidak begitu stabil. Akibatnya, beberapa orang mencoba membeli Bitcoin dengan harga “murah” atau rendah di satu bursa dan kemudian menjualnya dengan harga lebih tinggi di bursa lain.

Trader yang menggunakan strategi arbitrage biasanya membeli Bitcoin di platform internasional seperti Bitstamp dan kemudian mengirimkannya ke dompet Bitcoin lokal seperti Luno di mana mereka menjualnya untuk mendapat untung.

Padahal—seperti yang telah kami jelaskan di atas,  Anda dapat melakukan arbitraging melalui layanan dua bursa atau exchange lokal. Misalnya, Luno dan Indodax yang memang merupakan dua bursa kripto terbaik di Indonesia.

Memilih layanan Exchange untuk arbitraging

Dalam melakukan arbitraging, sebaiknya Anda melakukan DYOR (do your own research) atau mengumpulkan banyak informasi seputar layanan trading yang akan Anda gunakan terlebih dahulu. Pada artikel ini kami akan bantu Anda melakukan perbandingan singkat dua bursa kripto di Indonesia, yaitu Luno dan Indodax.

Tampilan laman trading

Baik Luno dan Indodax, keduanya memiliki fitur exchange dan laman trading yang sederhana. Namun tampilan laman trading Luno dan Indodax lengkap mencakup semua informasi dan bagian-bagian penting dalam sebuah exchange. Mulai dari grafik trading hingga riwayat aktivitas trading yang dilakukan trader pun ditampilkan di laman trading Luno dan Indodax.

Selain itu, trading Anda semakin mudah dilakukan karena fitur exchange Luno dan Indodax dapat dilakukan dalam satu aplikasi di ponsel Anda. Jadi, Anda tidak perlu repot-repot membuka perangkat komputer Anda seperti PC atau laptop untuk trading di Luno dan Indodax.

Kemudahan jual-beli 

Jika Anda pelanggan setia Luno tentunya Anda telah mengenal baik fitur-fitur unggulan di Luno salah satunya adalah jual-beli instan. Fitur serupa juga dimiliki Indodax dimana Anda juga dapat jual-beli aset kripto dengan cepat melalui aplikasi di kedua layanan exchange tersebut. 

Biaya deposit dan penarikan dana

Salah satu keunggulan aplikasi Luno yang paling digemari oleh pelanggan setia Luno adalah bebas biaya deposit dan withdrawal yang tentunya tidak akan menguras kantong Anda.

Selain itu, biaya penarikan dana atau withdrawal di Luno juga tidak akan menguras isi kantong Anda. Dengan uang Rp15.000 saja Anda sudah dapat tarik dana Anda dari dompet Luno Anda ke rekening bank Anda berapapun nominal dana yang Anda tarik. Sedangkan di Indodax Anda akan dikenakan biaya penarikan 1% dengan biaya penarikan terkecil yaitu Rp25.000.

Biaya trading

Setiap exchange baik lokal maupun internasional akan mengenakan biaya trading. Biaya trading di satu exchange dengan biaya trading di exchange lainnya tentunya berbeda. Anda perlu pastikan bahwa Anda juga memasukkan tarif biaya trading sebagai komponen pertimbangan Anda dalam memilih exchange yang akan Anda gunakan untuk arbitrage Exchange.

Di Indodax, Anda akan dikenakan biaya trading untuk transaksi taker sebesar 0.3% untuk setiap transaksi trading yang Anda lakukan, baik jual atau beli. Sedangkan di Luno, Anda hanya akan dikenakan 0.2% baik untuk order taker jual maupun beli. Untuk biaya maker, Luno dan Indodax mengenakan biaya 0% kepada penggunanya, alias gratis!

Keamanan aplikasi

Baik Indodax maupun Luno, keduanya menerapkan sistem keamanan yang cukup kuat. Tidak hanya email dan password, Indodax dan Luno mengharuskan Anda untuk menggunakan aplikasi otentikasi dua faktor (2FA) untuk masuk ke akun Anda. Hal ini berfungsi sebagai perlindungan ekstra untuk akun Anda. Secara teknis fungsi 2FA adalah sebagai alat validasi atau pengesahan bahwa identitas seseorang yang mengakses sistem di akun Luno atau Indodax Anda adalah pengguna asli yaitu Anda sendiri.

Legalitas exchange

Hal terakhir tapi juga penting yang perlu menjadi pertimbangan Anda adalah memastikan bahwa exchange yang Anda gunakan berstatus legal di Indonesia. Berbeda dengan investasi atau pinjaman online yang diatur oleh OJK, atau e-wallet yang diatur oleh Bank Indonesia, aset kripto seperti Bitcoin diawasi dan diatur oleh BAPPEBTI, di bawah naungan Kementerian Perdagangan.

Saat ini, seluruh bursa aset kripto yang beroperasi di Indonesia termasuk dalam kategori “Pedagang Fisik Aset Kripto” dan wajib mendaftarkan diri. Hanya bursa yang terpercaya, handal, dan memenuhi kriteria spesifik yang ditentukan oleh BAPPEBTI yang dapat memperoleh sertifikat terdaftar sebelum nantinya masuk ke proses untuk mendapatkan lisensi / persetujuan. Luno dan Indodax merupakan salah dua contoh exchange yang sudah resmi terdaftar di BAPPEBTI.

Indodax dan Luno resmi terdaftar di Bappebti pada tahun 2020, oleh sebab itu Anda tidak perlu ragu lagi dalam menggunakan kedua exchange tersebut.

Bagaimana cara trading arbitrage di Luno dan Indodax?

Sebelum mulai trading arbitrage, satu hal lain yang harus Anda pastikan jauh sebelum memilih dan membandingkan layanan exchange. Anda harus paham betul bagaimana mekanisme trading aset kripto dengan baik. Akan jauh lebih baik lagi jika jam terbang trading aset kripto Anda makin tinggi.

Tapi sebelum itu, kami akan jelaskan sedikit konsep dasar dari cara trading arbitrage jika Anda adalah seorang pemula. Trading arbitrage adalah strategi trading yang memanfaatkan selisih harga suatu aset kripto di dua Exchange yang berbeda. Strategi ini dilakukan dengan cara beli di satu Exchange dengan harga murah. Kemudian Anda menjualnya di Exchange lain yang harganya lebih tinggi secara simultan. Selain dengan cara tersebut, Anda juga dapat melakukan trading arbitrage dengan cara lain. Cara lainnya yaitu dengan membagi dua modal Anda di dua exchange (misalnya Luno dan Indodax) yang akan Anda gunakan.

Contoh Arbitrage dari Luno ke Indodax

Kami akan umpamakan Anda telah memilih Luno dan Indodax untuk trading arbitrage.

Secara sederhana, prosesnya adalah:

  • Beli BTC di Luno
  • Kirim BTC ke Dompet (Wallet) Anda di Indodax
  • Jual BTC di Indodax kemudian lihat berapa profit yang Anda dapat.

Misalnya Anda memiliki modal sebesar Rp 10 juta yang Anda depositkan untuk beli Bitcoin di Luno dan Indodax.

Harga BTC Luno : $9900

Harga BTC Indodax : $10.000

ROI: (10.000 – 9900) / 9000 = 1,11%

Maka jika Anda lakukan arbitrage Rp10.000.000 di Luno dan Indodax, maka ROI-nya adalah sekitar Rp111.000. Tapi ROI tersebut masih dalam bentuk gross (keuntungan kotor) jadi jangan lupa untuk cek biaya (fee) di Luno dan Indodax. Perlu Anda ketahui juga bahwa margin dari strategi ini biasanya tipis (dibawah 1%). Untuk menyiasatinya pastikan Anda memilih Exchange dengan fee yang rendah seperti Luno (0.2% untuk taker dan 0% untuk maker).

Angka ROI di atas merupakan keuntungan dari satu kali trading. Jadi dapat Anda bayangkan jika Anda trading arbitrage di Luno dan Indodax setiap hari dalam satu bulan penuh. Anda akan mendapatkan keuntungan (gross) sekitar Rp 3,3 juta. Kabar baiknya lainnya adalah pasar kripto buka 24 jam tanpa ada hari libur. Pastinya jika Anda seorang trader kripto, Anda sudah tahu tentang hal tersebut. Jadi, trading arbitrage di Luno dan Indodax bisa jadi alternatif kegiatan untuk mengusir rasa bosan dimana saja dan kapan saja.

5 Crypto Terbaik Untuk Arbitrage Luno ke Indodax

1. Bitcoin (BTC)

Bitcoin pastinya bukanlah istilah atau kata yang asing untuk kita. Bitcoin yang dijuluki Raja Kripto merupakan aset kripto yang paling banyak diminati, dengan kapitalisasi pasar lebih dari Rp 14.000 triliun.

2. Ethereum (ETH)

Selain Bitcoin, ada yang juga Ethereum (ETH). Ethereum dikenal adalah aset kripto pertama yang menggunakan dan memperkenalkan smart contract. Teknologi ini berfungsi untuk memungkinkan developer melakukan dApps, yaitu meluncurkan atau merilis sebuah aplikasi terdesentralisasi.

Posisi Ethereum berada di urutan kedua setelah Bitcoin dalam segi market cap atau kapitalisasi pasar. Artinya, aset kripto ini cukup banyak diminati. Selain itu, likuiditas atau pencairan dananya pun terbilang sangat mudah.

3. XRP (Ripple)

Berbeda dengan Bitcoin, XRP tidak dirancang untuk ditambang (mining). Meskipun market cap XRP tidak setinggi atau sebesar Bitcoin, XRP juga masuk jajaran koin dengan market cap (kapiltalisasi pasar) besar – lebih dari US$ 50 miliar.

Dengan lonjakan harga XRP yang terjadi dalam 6 bulan terakhir, XRP juga menjadi salah satu primadona di kalangan trader atau investor cryptocurrency.

4. Litecoin (LTC)

Aset kripto yang satu ini juga tak kalah diminati di kalangan komunitas kripto. Litecoin menjadi salah satu aset kripto terbaik karena juga memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang cukup tinggi. Saat ini, ada 84 juta Litecoin yang beredar. Selain itu, proses penambangan LTC pun cukup singkat yaitu sekitar 2 menit.

5. Bitcoin Cash (BCH)

Bitcoin Cash ditujukan untuk meningkatkan fungsi Bitcoin sebagai alat pembayaran selain sebagai aset investasi. Pada 1 Agustus 2017, terjadi hard fork yang menghasilkan sebuah cryptocurrency baru dan terpisah dari Bitcoin, yaitu Bitcoin Cash.

Sederhananya, hard fork sendiri adalah sebuah perubahan yang terjadi pada jaringan blockchain dan menyebabkan sebuah cryptocurrency terbagi menjadi dua. Kemudian, transaksi yang sebelumnya tidak valid kini berubah jadi valid, ataupun sebaliknya.

Bitcoin Cash memiliki fungsi utama untuk memfasilitasi transaksi sehari-hari yang lebih murah dan cepat. Selain itu, BCH juga dapat menjadi alternatif untuk melakukan transaksi dalam kapasitas yang lebih besar dari Bitcoin. Tak heran jika koin ini juga diminati dan memiliki nilai kapitalisasi pasar US$ 15 miliar lebih.

Nah, itulah segelintir informasi yang dapat kami sampaikan kepada Anda – para trader aset kripto. Tidak perlu merasa ragu untuk menggunakan strategi arbitraging karena strategi ini sebetulnya cukup mudah untuk dilakukan.

Kami telah memaparkan simulasi Luno dan Indodax sebagai jawaban atas anggapan yang kurang tepat bahwa arbitraging harus dilakukan di exchange internasional. 

Ikuti kami di Facebook, Instagram, dan grup Telegram Luno Indonesia untuk informasi lainnya. Sampai jumpa di artikel berikutnya dari kami dan jangan lupa untuk selalu menjadi trader kripto yang bijak!

Apakah artikel ini membantu?

6
0