Kenali istilah trading ini sebelum Anda mulai trading Bitcoin!

resource_bank

Keuntungan atau profit sudah menjadi tujuan umum setiap trader, baik trader pemula ataupun yang sudah mahir. Hal ini biasanya juga disebut sebagai imbalan investasi atau ROI (Return of investment). ROI sendiri adalah salah satu istilah trading Bitcoin yang tidak asing bagi para trader.

Mari anggap Anda adalah seorang trader yang memiliki modal Rp 10 juta untuk trading Bitcoin. Kemudian anda gunakan seluruhnya untuk membeli Bitcoin. Karena harga 1 Bitcoin saat itu Rp 100 Juta, maka Anda mendapatkan 0.1 Bitcoin (BTC) dan beberapa waktu kemudian harga 1 BTC naik ke Rp 140 Juta, sehingga Anda memutuskan untuk menjual 0.1 Bitcoin yang Anda miliki dan nilai BItcoin yang Anda miliki pun naik menjadi Rp 14 juta. Simak cara menghitung ROI Anda di bawah ini:

Selisih nilai aset = Rp 14 juta – Rp 10 juta = Rp 4 juta

Total nilai aset beli = Rp 10 juta

ROI = (Rp 4 juta : Rp 10 juta) x 100 = 40%

Dalam contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa imbalan investasi Anda (keuntungan) adalah 40%.

Exchange tempat traders mencari keuntungan trading Bitcoin

Anda dapat lakukan transaksi jual-beli Bitcoin seperti contoh di atas di Exchange atau Bursa. Platform Exchange seperti Luno berperan sebagai aplikasi yang mempertemukan pembeli dan penjual yang ingin menukar cryptocurrency yang mereka miliki untuk mendapatkan keuntungan. Sama halnya dengan Exchange (bursa) untuk produk atau komoditas lainnya seperti saham, forex (mata uang asing), dan lain sebagainya.

 Tampilan Exchange Luno di website

Dalam sistem exchange ada dua pihak yang melakukan transaksi trading Bitcoin, yaitu penjual dan pembeli. Penjual biasanya memiliki tujuan menjual Bitcoin miliknya dalam mata uang lokal (fiat). Jika Anda ingin menjual Bitcoin Anda di exchange, Anda harus membuat order jual (ask).

Katakan saja Anda ingin 1 BTC milik Anda dijual dengan harga Rp 130 juta. Hal ini disebut market maker, karena Anda memasang order dan menambah likuiditas pada Exchange (menambah stok Bitcoin untuk dijual).

Di sisi lain, Anda akan menemukan calon pembeli yang ingin membeli Bitcoin dengan dua pilihan;

  1. membuat order beli (bid), misalnya Anda bersedia bayar Rp 125 juta untuk 1 BTC.
  2. mengambil order yang ada dan salah satunya order jual yang sudah Anda pasang sebelumnya (Rp 130 juta untuk 1 BTC). Jika si pembeli membeli 1 BTC dengan harga yang dipasang oleh Anda, maka pembeli disebut market taker karena mengambil harga yang diberikan oleh Anda sebagai penjual.

Papan order aplikasi Luno untuk melihat order jual dan order beli

Pergerakan harga pengaruhi kondisi pasar trading Bitcoin

Seperti yang Anda ketahui, sistem imbalan investasi (ROI) dari trading Bitcoin adalah margin atau selisih saat Anda beli di harga yang murah, dan jual saat lebih mahal atau lebih tinggi dari harga beli. Lalu bagaimana cara menentukan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual Bitcoin? Salah satu caranya adalah dengan membaca level support dan resistance dari grafik harga bitcoin di Exchange.

Support adalah titik harga Bitcoin yang dapat diyakini sebagai titik terendah pada suatu periode karena saat harga turun ke level tersebut, banyak trader yang akan tertarik untuk mulai membeli.

Resistance adalah harga tertentu yang diyakini sebagai titik atau area tertinggi pada suatu periode pergerakan harga Bitcoin, karena saat harga naik ke level tersebut, banyak trader yang akan tertarik untuk menjual Bitcoin mereka.

Apabila setelah mencapai level support ternyata harga masih terus turun, maka level support itu biasanya akan digunakan sebagai level resistance baru, demikian juga sebaliknya.

Grafik yang menunjukkan level support dan resistance

Dalam istilah trading Bitcoin, khususnya untuk analisa pergerakan harga dan dampaknya terhadap kondisi pasar, ada yang dikenal dengan Bearish dan Bullish.

Bearish adalah kondisi pasar dimana harga cenderung turun dikarenakan naiknya penawaran (supply). Sedangkan Bullish merupakan trend atau kondisi pasar dimana harga cenderung terus naik dikarenakan tingginya permintaan (demand).

Misalnya, saat harga 1 BTC bergerak naik dari Rp 100 juta ke Rp 150 juta, dalam periode tersebut biasanya permintaan akan naik karena orang tidak ingin ketinggalan trend harga naik.

Saat terjadi tren Bullish, banyak orang membeli Bitcoin ketika harga semakin naik karena tidak ingin ketinggalan. Fenomena ini biasanya disebut FOMO (Fear of Missing Out).

Seperti yang kita ketahui bahwa harga Bitcoin memang volatil (bergerak naik-turun dengan cepat), sayangnya banyak orang yang memandang negatif hal tersebut. Peluang untuk meraup keuntungan trading Bitcoin justru terletak pada pergerakan harga tersebut. Masih ingat konsep trading yang pernah kami sampaikan di artikel kami sebelumnya? Beli di harga rendah dan jual di harga yang lebih tinggi.

Itulah istilah-istilah penting dalam trading Bitcoin beserta penjelasannya yang penting untuk Anda ketahui. Perlu Anda ingat, trading aset kripto memiliki resiko kerugian. Artikel ini kami buat hanya untuk membantu Anda memperluas pengetahuan dan informasi Anda tentang cryptocurrency seperti Bitcoin dan bukanlah saran untuk trading atau investasi.

Jika Anda ingin lihat penjelasan lengkapnya, Anda bisa ikuti sesi Luno Webinar di Instagram Live dan Facebook Live Luno Indonesia, setiap Kamis pukul 19.00 mulai tanggal 6 – 21 Februari 2020.

Apakah artikel ini membantu?

0
0