Mengenal Chainlink Oracle Sebagai Jembatan Smart Contract

Mengenal Chainlink Oracle Sebagai Jembatan Smart Contract

Di dunia aset kripto (cryptocurrency), teknologi blockchain saat ini menawarkan sistem alternatif yang aman dan terdistribusi secara alami. Sayangnya, karena memiliki sistem yang terisolasi, blockchain kerap dipandang sebagai komputer tanpa jaringan internet. Berguna, tetapi potensinya kurang maksimal.

Tanpa penghubung, smart contract yang beroperasi di dalam blockchain tidak bisa berkembang dan potensinya kurang maksimal. Inilah mengapa dibutuhkan chainlink oracle.

Pada dasarnya, oracle chainlink merupakan sebuah platform untuk menjembatani smart contract dan aplikasi di dunia nyata. Mengingat blockchain tidak bisa mengakses data di luar jaringan, oracle seperti chainlink diperlukan sebagai penyuplai data ke dalam smart contract.

Singkatnya, chainlink merupakan jaringan terdesentralisasi yang menjadi penghubung antara teknologi blockchain dengan dunia nyata. Pada oracle ini terdapat supplier data yang dapat mengomersialkan akses ke data tersebut dan memperoleh penghasilan.

Penyedia data ini dikenal sebagai operator node. Operator node akan memperoleh keuntungan dan insentif ketika mampu memberi data eksternal untuk kepentingan smart contract. Di sisi lain, pengguna perlu melakukan pembayaran untuk mendapatkan data tersebut. Di sinilah peran lain chainlink bermain. 

Untuk melakukan pembayaran atas pengambilan dan penyaluran data yang terjadi, pengguna bisa memanfaatkan chainlink coin (LINK). Hal ini membuat chainlink menjadi salah satu variasi aset kripto pada jaringan Ethereum.

Perlu digarisbawahi, chainlink bukanlah blockchain tetapi jembatan perantara. Artinya, dalam mendapatkan keuntungan dari blockchain yang memanfaatkan jaringan datanya, chainlink tidak butuh proses mining. Untuk memproses data yang dibutuhkan, setidaknya oracle ini butuh 3 jenis smart contract. Berikut cara kerjanya:

1. Oracle Selection

Dalam menjembatani blockchain dengan data di luar, chainlink oracle menggunakan service level agreement (SLA) untuk menyusun sejumlah data yang diperlukan. Biasanya, layanan tersebut akan digunakan oleh software sebagai fondasi dalam melakukan evaluasi atau sinkronisasi antara pengguna dan operator node. Proses ini dikenal pula dengan istilah reputation contract dan termasuk dalam salah satu smart contract yang diperlukan pada chainlink.

2. Pelaporan Data

Setelah SLA menetapkan data yang tersinkron, tahap selanjutnya adalah pengiriman SLA oleh pengguna untuk menyimpan chainlink dalam order matching contract. Proses ini disebut sebagai proses pelaporan data. Inilah mengapa dalam prosesnya, oracle akan memproses semua data yang masuk dan dikirim kembali ke kontrak yang sedang berjalan di chainlink.

3. Proses Perhitungan Hasil

Pada tahapan ini, chainlink memanfaatkan aggregating contract untuk menghitung hasil himpunan data dan nantinya akan disalurkan kembali. Fungsi utama smart contract ini adalah untuk menilai validitas setiap data. 

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem chainlink tentu lebih mudah dipahami. Sistem terdesentralisasi pada oracle chainlink sendiri dibutuhkan agar semua data bisa didapatkan secara baik sehingga blockchain bisa memaksimalkan potensinya.

Kemudahan yang ditawarkan oleh chainlink bisa diumpamakan seperti kemudahan yang kita rasakan dari aplikasi middleware. Jadi chainlink menyediakan service ke untuk menjual data dari berbagai pihak kepada pengguna yang tergabung dan melalui jaringan chainlink sendiri.

Hal ini membuat chainlink memperoleh keuntungan dari seluruh penyedia data atau operator node yang berada di dalam jaringannya. Sebagai imbal balik, potensi chainlink coin sebagai alat tukar pun bisa dimaksimalkan. Itulah ulasan tentang chainlink oracle dan cara kerjanya, semoga bermanfaat.

Apakah artikel ini membantu?

0
0