Apa itu Proof of Activity (PoA)?

Proof of Work (PoW) merupakan pionir sistem konsensus yang diterapkan oleh banyak aset kripto, seperti Bitcoin. Tak lama setelah itu muncul sistem baru yakni Proof of Stake (PoS) untuk mengatasi kekurangan dari konsensus sebelumnya. Kini muncul lagi konsensus baru bersifat hybrid yang dikenal dengan sebutan PoA (Proof of Activity).
PoA Sebagai Sistem Konsensus Hybrid
Proof of Activity merupakan algoritma konsensus yang dirancang pada tahun 2014 dengan menggabungkan dua konsensus pendahulunya, yakni Proof of Stake dan Proof of Work. Tujuan utama dari pembentukan protokol ini tak lain adalah untuk meningkatkan keamanan aset digital dalam jaringan blockchain. Lalu bagaimana persisnya penggabungan konsensus tersebut?
Proof of Work (PoW) merupakan sistem konsensus paling pertama yang telah diterapkan oleh sejumlah aset kripto, salah satunya adalah Bitcoin. Sistem ini dikenal memiliki kemampuan dalam meningkatkan tingkat kerumitan penambangan aset digital. Dengan begitu, serangan siber seperti peretasan atau penggandaan pun dapat dicegah.
Sayangnya, tingkat kerumitan proses penambangan juga memengaruhi energi komputasi yang dibutuhkan. Semakin tinggi tingkat kesulitannya, semakin besar pula jumlah sumber daya komputasi yang dibutuhkan. Alhasil, biaya untuk menambang pun juga akan semakin mahal.
Baca juga: Apa itu Bitcoin Mining? Bagaimana Cara Kerja Mining Bitcoin?
Kelemahan dari mekanisme PoW tersebut berhasil diatasi dengan munculnya sistem konsensus Proof of Stake (PoS). Dilihat dari pengertiannya, PoS merupakan konsensus dimana pemilik aset paling banyak lah yang berhak untuk melakukan verifikasi transaksi dan validasi penambangan kripto. Hanya saja, di sisi lain hal tersebut bisa menjadi kelemahan sistem itu sendiri.
Kelemahan protokol PoS muncul dalam bentuk sentralisasi di mana pemegang aset kripto terbesar berpotensi mengukuhkan pengaruhnya terhadap proses konsensus. Sistem ini justru akan mendorong pemilik aset untuk menimbun asetnya demi memaksimalkan keuntungan. Alhasil, risiko menurunnya nilai aset digital pun semakin meningkat.
Proof of Activity (PoA) hadir sebagai konsensus yang bersifat hybrid karena mengombinasikan komponen dari konsensus PoS dan PoW. Seperti yang sudah disebutkan di atas, penggabungan ini memberikan dampak positif terhadap keamanan aset kripto. Lalu, bagaimana sebenarnya sistem ini bekerja dalam blockchain?
Baca juga: Apa itu Proof of History (PoH)?
Mekanisme Konsensus PoA
Di dalam mekanisme PoA, proses penambangan aset kripto diawali dengan prosedur yang menyerupai sistem PoW. Para penambang akan saling bersaing untuk menjadi yang pertama dalam memecahkan perhitungan matematika. Penambang yang berhasil akan mendapatkan imbalan dalam bentuk kripto.
Berbeda dengan PoW, blok yang ditambang dalam konsensus hybrid ini sama sekali tidak melibatkan proses transaksi. Justru, blok dari penambangan dalam konsesus PoA akan disimpan terlebih dahulu sebelum akhirnya ditambahkan dalam jaringan blockchain.
Baca juga: Apa itu Proof of Elapsed Time (PoET)?
Setelah blok berhasil ditambang, sistem secara otomatis akan beralih ke konsensus PoS. Kemudian, secara acak sistem akan memilih sekelompok penambang untuk bertugas menjadi validator. Validator merupakan pihak yang diberi tugas untuk melakukan validasi proses penambangan blok.
Semakin besar aset kripto yang dimiliki, semakin besar pula peluang seorang penambang untuk terpilih menjadi validator. Bila penambangan blok baru disetujui oleh seluruh pihak validator, pada saat itulah blok tersebut dapat menjadi bagian dari blockchain. Selain itu, baik penambang maupun validator sama-sama akan mendapatkan imbalan.
Berkat penggabungan antara komponen protokol PoS dan PoW, PoA bisa dibilang merupakan mekanisme konsensus yang paling baik. Dari sisi keamanan, protokol ini memberikan perlindungan aset yang jauh lebih ketat. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya risiko serangan 51%, yakni situasi dimana seseorang memegang lebih dari separuh aset kripto.
Baca juga: Apakah Bitcoin Bisa di-Hack? Bagaimana Cara Melacak Alamat Bitcoin?