Apa Itu Risiko? Pengertian, Level, dan Contoh Manajemen Risiko

Apa Itu Risiko? Pengertian, Level, dan Contoh Manajemen Risiko

Dalam konteks finansial, risiko adalah suatu kemungkinan yang bisa berdampak atau berakibat pada investasi dan aspek keuangan lainnya. Terkait investasi, tidak ada satu pun instrumen investasi yang tidak berisiko. Masing-masing jenis investasi mempunyai risiko sendiri sehingga cara mengukur risikonya pun berbeda pula.

Lantas, bagaimana sebenarnya pengertian risiko, level atau tingkatan, serta contoh manajemen risiko?

Pengertian Risiko

Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu hal yang bisa berdampak pada tanggung jawab keuangan atau investasi. Konsep ini juga bisa diaplikasikan pada aktivitas finansial selain investasi. Contoh, ketika Anda mengambil hipotek, suku bunga naik sehingga biaya hipotek berpotensi meningkat.

Jenis aset, jumlah modal, dan periode yang ditentukan investor dalam berinvestasi jadi aspek penting untuk mengukur risiko. Dengan kata lain, jenis aset atau investasi berbeda akan memiliki risiko bawaan berbeda pula. 

Misalnya, Anda memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan kecil atau membeli aset kripto. Langkah investasi tersebut cenderung berisiko tinggi karena sama-sama belum terbukti. Jika Anda berinvestasi lebih banyak, biasanya imbal hasil yang diperoleh berpotensi lebih tinggi. Namun, Anda perlu tahu bahwa imbal hasil tinggi berisiko besar pula.

Di sisi lain, risiko makro juga bisa berdampak terhadap investasi. Mulai dari perubahan arah politik, runtuhnya industri karena kekurangan sumber daya, hingga pandemi yang membuat perekonomian terganggu. Maka, Anda perlu mengenali sejauh mana level risiko yang bisa ditanggung saat berinvestasi.

Baca juga: Apa Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter?

Level Risiko 

Level risiko adalah seberapa besar atau kecil tingkatan suatu risiko. Seperti disinggung di atas, tingkat risiko tinggi berarti Anda mengeluarkan uang lebih banyak atau berinvestasi pada aset berisiko. Maka, kemungkinan Anda kehilangan nilai investasi tersebut sama besarnya.

Di samping itu, level risiko juga dipengaruhi dua faktor, yaitu level konsekuensi dan level frekuensi. Level konsekuensi akan menilai seberapa besar dampak negatif yang muncul dari suatu risiko. Sedangkan level frekuensi atau probabilitas menentukan seberapa besar kemungkinan terjadinya suatu risiko. 

Baca juga: Cara Investasi untuk Pemula yang Baik dan Benar

Contoh Manajemen Risiko 

Unsur ketidakpastian kerap kali dipandang memunculkan kerugian dalam hampir semua aspek kehidupan manusia. Itulah mengapa perlu proses manajemen risiko guna menanggulangi semua risiko yang bisa saja terjadi.

Manajemen risiko adalah proses mengenali berbagai jenis risiko yang dimiliki suatu aset investasi serta mengendalikan risiko tersebut dengan cara tepat. Tujuan akhir manajemen risiko ini fokus pada kemampuan investor mengenali dan membedakan mana risiko yang bisa dan tidak bisa dikendalikan, serta berupaya meminimalkan potensi risiko itu dalam portofolio aset.

Kunci terpenting dalam berinvestasi adalah berinvestasilah pada bisnis atau aset yang benar-benar Anda pahami. Pasalnya, risiko dapat muncul ketika Anda tidak mengetahui dengan pasti investasi apa yang sedang dilakukan. Mari kita simak contoh manajemen risiko dalam berinvestasi berikut ini.

Anda punya sejumlah dana yang hendak diinvestasikan. Ada beberapa instrumen investasi yang menarik perhatian, antara lain emas, reksa dana, saham, obligasi, dan aset kripto. Tentu saja Anda perlu memahami satu per satu jenis investasi tersebut. 

Baca juga: Apa itu Aset Kripto? Perbedaannya dengan Pasar Saham

Berikutnya, kenali profil risiko investasi Anda sebagai investor. Apakah Anda punya cukup banyak waktu untuk menganalisis tren pergerakan saham? Seberapa besar rasa ingin tahu Anda pada aset kripto? Atau justru Anda benar-benar buta soal investasi dan hanya ingin menerima imbal hasil cukup menguntungkan tanpa perlu repot-repot menganalisis?

Nah, diversifikasi portofolio adalah strategi manajemen risiko berinvestasi yang tepat. Anda dapat mengelompokkan anggaran investasi dalam dua kelompok, sebagian untuk beli saham atau aset kripto, sebagian lagi untuk membeli obligasi ritel pemerintah. 

Karena pertumbuhan laba obligasi relatif stabil plus dijamin pemerintah, portofolio Anda punya garansi terhindar dari gejolak pasar. Meski begitu, pastikan Anda juga menyisihkan anggaran lebih besar pada pembelian saham dan aset kripto untuk meraup untung lebih besar pula. 

Demikian pembahasan singkat tentang risiko, mulai dari pengertian, level, dan contoh manajemen risiko. Jangan lupa untuk mengenali lebih dalam investasi pilihan Anda sebelum memutuskan untuk berinvestasi!

Baca juga: Apa itu DYOR (Do your own research) dan mengapa ini penting?

Apakah artikel ini membantu?

0
0