Mau diversifikasi aset dengan stablecoin? Yuk kenali dulu lebih jauh!

Popularitas stablecoin dalam beberapa tahun terakhir kian meningkat, dengan volume transaksi yang telah menyentuh titik tertinggi pada bulan Juni tahun lalu –  yakni sebesar US$54.9 miliar (Rp769 triliun) dan kapitalisasi pasar sekitar US$25 miliar (Rp350 triliun). Namun apa sebenarnya stablecoin? Mengapa banyak orang mulai meliriknya dan apa yang perlu Anda ketahui tentang stablecoin?

 

Apa sih stablecoin?

Stablecoin adalah kelas kontemporer dari aset kripto (cryptocurrency) yang mana nilainya dipatok ke satu aset eksternal dan yang relatif stabil, seperti dolar AS atau emas. Stablecoin bahkan juga bisa dipatokkan ke sekelompok aset yang nilainya stabil.

Berbeda dari aset kripto tradisional, harga stablecoin tidak diatur oleh permintaan dan penawaran, melainkan oleh beragam mekanisme berbeda untuk menjamin agar harganya tetap terpatok pada suatu aset tertentu. Sebagai contoh, dalam kasus USD Coin (USDC), untuk setiap token yang dibuat, maka satu dolar AS disimpan sebagai jaminan. Dengan demikian, setiap token USDC didukung oleh satu dolar AS dan dapat ditradingkan dengan rasio 1:1.

Stablecoin pertama kali diperkenalkan pada tahun 2014. Stablecoin yang pertama kali diluncurkan adalah BitUSD. Stablecoin ini dipatokkan pada aset kripto keluaran blockchain BitShares. BitUSD sendiri dicipatkan oleh Charles Hoskinson. BitUSD dijaminkan pada aset kripto dan didukung oleh token utama BitShares yaitu BTS, yang dikunci dalam kontrak pintar (smart contract) sebagai jaminan.

Sejak itu, sejumlah stablecoin lain mulai bermunculan – termasuk USDC dan, mungkin yang lebih terkenal, Tether (USDT). Stablecoin tersebut telah menjadi sorotan dalam beberapa bulan terakhir dan telah memiliki kapitalisasi pasar di angka miliara. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, menurut para pihak kepopuleran ini adalah karena kondisi perekonomian sekarang, faktor tren DeFi, dan berita Libra milik Facebook yang sempat menjadi sorotan utama di berbagai media dalam dua tahun terakhir.

 

Terus, bagaimana cara kerjanya?

Terdapat tiga tipe utama stablecoin: 

  • dijamin dengan fiat
  • dijamin dengan aset kripto
  • dan yang tidak dijaminkan (algoritmik).

Stablecoin yang dijaminkan pada fiat dipatok pada simpanan mata uang fiat, seperti dolar As, sebagai jaminan untuk menerbitkan sejumlah koin yang sesuai dengan nilai mata uang fiat tersebut. Ada juga yang didukung oleh sebuah komoditas, seperti emas, perak atau minyak, tetapi sebagian besar stablecoin yang dijaminkan pada fiat menggunakan simpanan dolar.

Simpanan ini dijaga oleh kustodian independen dan yang diaudit secara teratur untuk memastikan bahwa langkah-langkah kepatuhan (compliance) yang diwajibkan telah dilakukan.

Stablecoin yang dijaminkan pada aset kripto dipatokkan pada aset kripto lain. Karena simpanan mata uang tersebut juga rentan terhadap volatilitas yang tinggi, maka tipe stablecoin demikian biasanya memiliki jaminan dalam jumlah lebih. Artinya, diperlukan jumlah simpanan token cryptocurrency yang lebih banyak untuk mengeluarkan jumlah stablecoin yang lebih sedikit.

Sebagai contoh, diperlukan simpanan ether senilai US$200 untuk mengeluarkan stablecoin yang dijaminkan pada aset kripto senilai US$100, untuk mengakomodasi 50% swing yang terjadi pada simpanan aset kripto.

Stablecoin yang tidak dijaminkan (algoritmik) tidak memiliki simpanan apapun tetapi menerapkan mekanisme kerja, mirip seperti bank sentral, untuk mempertahankan harga yang stabil. Token semacam ini bergantung pada algoritma yang dihasilkan untuk menyesuaikan persediaan jika diperlukan, untuk mempertahankan harga token yang dipatokkan.

Kelas stablecoin demikian biasanya menggunakan kontrak pintar untuk menjual token jika harga jatuh di bawah patokan atau untuk menambah persediaan token di pasar jika nilainya meningkat.

 

Keunggulan dan contoh penggunaannya? 

Proposisi nilai stablecoin sebenarnya sederhana. Stablecoin menggabungkan kemampuan pemrosesan instan, fungsionalitas, adaptabilitas, dan keamanan aset kripto dengan stabilitas dan nilai yang dimiliki oleh mata uang fiat.

 

Melawan devaluasi mata uang dan mendemokratisasi uang 

Sifat stabil stablecoin merupakan hal yang menarik bagi mereka yang tinggal di negara-negara yang mata uangnya sangat volatil dan tidak stabil – bahkan melebihi aset kripto biasa. Inflasi yang tinggi bisa sangat menghancurkan, dan seringkali menjadikan orang-orang kesulitan untuk membayar kebutuhan hidup dasar seperti makanan dan obat-obatan.

Secara teori, stablecoin memberikan jalan keluar dari dampak mata uang yang tidak stabil, sehingga orang tidak perlu melakukan tindakan ilegal atau metode seperti menggunakan mata uang negara lain atau barter. Kestabilan suatu mata uang biasanya mengikuti kestabilan pemerintah yang mengeluarkannya, dan stablecoin menawarkan uang stabil yang bisa digunakan oleh mereka yang hidup di bawah rezim politik yang tidak stabil. Meskipun demikian, hal ini tunduk pada hukum negara tertentu, sehingga walaupun stablecoin bisa menjadi solusi yang baik untuk permasalahan yang serius, kemampuan fungsinya dalam suatu konteks yang spesifik masih belum teruji.

 

Pengiriman uang

Pernah mencoba mengirim uang dari negara lain? Prosesnya bisa jadi sangat lama dan panjang, dan biasanya mempengaruhi orang-orang yang tidak bisa berurusan dengan biaya pihak ketiga yang tinggi, ditambah lagi banyaknya formulir atau waktu tunggu yang lama.

Pada tahun 2018, pengiriman uang global tahunan ke negara-negara berpendapatan menengah-bawah mencapai $529 miliar, naik sebesar 9.6% dari tahun sebelumnya. Namun biaya global pengiriman uang ke rumah sangatlah tinggi. Contohnya, untuk mengirimkan $200 memerlukan biaya sekitar 6.8%. Afrika Sub-Sahara terus menerus memiliki biaya rata-rata tertinggi di kisaran 9% meskipun migrasi antar wilayah di Afrika Sub-Sahara meliputi dua pertiga migrasi internasional dari wilayah tersebut.

Stablecoin memberikan jalan untuk mengatasi biaya tinggi yang sering dihubungkan dengan lembaga tradisional, untuk mengirim dan menerima uang dengan lebih cepat, dan untuk menyimpan sebagian besar nilai moneter.

 

Trading

Untuk sekarang, perlindungan nilai (hedging) sementara adalah motivasi terbesar bagi individu untuk menggunakan stablecoin. Contohnya, seorang investor aset kripto mungkin akan membagi portfolio mereka antara stablecoin dan aset kripto biasa, sehingga mereka memiliki perlindungan dari volatilitas dan tidak akan merugi besar saat market jatuh. Selain itu, biaya onramp dan offramp fiat menjadikan stablecoin sebagai solusi yang tepat bagi exchange dan trader institusional yang ingin mengurangi jumlah aset kripto mereka tanpa perlu mencairkan dana dan membayar biaya penarikan.

 

Aplikasi yang terdesentralisasi

Tahun 2020 adalah tahun kenaikan bagi DApps yang mudah digunakan dan tampilan intuitif. Stablecoin berbasis Ethereum, yang meliputi kira-kira setengah dari seluruh stablecoin yang ada dan memiliki nilai di atas $11.3 miliar, memiliki kinerja yang lebih baik dibanding aplikasi keuangan tradisional seperti PayPal karena aplikasi DeFi yang mereka gunakan untuk memfasilitasi transfer nilai.

 

Berpacu dengan revolusi teknologi 

Sistem keuangan yang ada memiliki ketidakefektifannya sendiri – terutama karena ketergantungannya pada pihak ketiga untuk memfasilitasi transfer. Dan semua orang mengambil bagiannya masing-masing. Stablecoin, dan khususnya teknologi blockchain, mengizinkan terjadinya pembayaran secara langsung  antara pembeli dan penjual, sehingga mengurangi biaya bagi kedua belah pihak. Otomatisasi proses verifikasi transaksi akan berujung pada waktu pembayaran yang lebih cepat.

 

Adopsi stablecoin

Hingga akhir 2020, terdapat lebih dari 200 stablecoin yang dikembangkan oleh lembaga swasta, dan bertambah pula jumlah lembaga keuangan yang menciptakan stablecoin versinya sendiri sebagai metode pembayaran yang lebih murah dan cepat. JPMorgan, contohnya, mengumumkan ciptaan mereka, JPM coin, di awal tahun ini.

Meskipun stablecoin memerlukan waktu lima tahun untuk mencapai persediaan sebesar $6 miliar, namun hanya diperlukan waktu empat bulan dari Maret hingga Juli tahun ini untuk melipatgandakan persediaan tersebut menjadi $12 miliar. Permintaan muncul di tengah gejolak pasar global yang ekstrim, sehingga banyak pihak yang mencari rumput yang lebih hijau.

Laporan dari Coinmetrics dan Bitstamp mengenai kenaikan stablecoin juga menyamakan kenaikan penggunaan stablecoin seperti hiperinflasi yang menghantui banyak mata uang fiat sejak Maret tahun ini.

 

Masa depan

Pada bulan Juli, Satuan Tugas Tindakan Keuangan (Financial Action Task Force / FATF) menyatakan bahwa stablecoin perlu mematuhi standar pencegahan pencucian uang dan pendanaan terorisme. Artinya, exchange, meja OTC dan perusahaan yang membuat stablecoin wajib menciptakan dan mengikuti proses untuk mengawasi transaksi dan patuh terhadap KYC (know-your-customer / kenali pelanggan Anda).

Tether masih memegang monopoli di market, tetapi pertanyaan tentang legalitasnya telah membuka pintu bagi para rival lain seperti USDC. USDC telah memperoleh popularitas sejak bulan Maret dan semakin banyak digunakan dalam DApps. Jika proyek Libra milik Facebook berhasil diluncurkan, maka ia juga mungkin akan mengguncangkan market.

Dengan industri cryptocurrency yang semakin dewasa, kita bisa menantikan kenaikan penggunaan stablecoin. Adopsi terus menerus dari entitas keuangan tradisional juga tentunya akan mendorong dan menormalisasi stablecoin dalam kehidupan sehari-hari. Pada bulan November 2018, World Economic Forum (WEF) mendiskusikan nilai sesungguhnya dari stablecoin. Hal ini dilkukan dengan menekankan pada potensinya untuk menciptakan sistem keuangan yang inklusif dan lebih adil.

Apakah artikel ini membantu?

0
0