Berita kripto: Harga Bitcoin turun – bullish segera menyusul?

Kami kembali dengan berita kripto terkini selama satu pekan terakhir. Apa kira-kira penyebab harga Bitcoin turun belakangan ini? Apakah penurunan harga ini wajar? Bagaimana dampak virus corona (COVID-19) terhadap Bitcoin? Terus baca, kami punya jawabannya dan berita Bitcoin lainnya untuk Anda.
Harga Bitcoin dan sentimen pasar menurun – tren bullish akan segera menyusul?
Harga Bitcoin turun tajam pada Rabu pagi 19 Februari dengan harga terendah Rp 127 juta. Dengan penurunan sebesar US$800 atau Rp 11,2 juta, ini merupakan penurunan harga per jam terbesar kelima dalam sejarah Bitcoin (BTC/USD). Penurunan yang lebih besar terakhir terjadi pada saat harga Bitcoin meroket Desember 2017 lalu.
Selain Bitcoin, minggu ketiga Februari menjadi minggu pertama selama sebulan terakhir aset kripto lain juga turun. Mulai dari XRP hingga Bitcoin Cash juga menurun dengan penurunan berkisar antara 1% – 3,7%.
Dalam sepekan terakhir, tren harga bitcoin menunjukkan downside dengan level rata-rata US$9.300 (Rp 130 juta). Namun dari segi technical analysis, yang menarik terlihat sinyal bullish dimana ditemukan golden cross pada pergerakan harga minggu lalu. Golden cross terjadi jika MA atau moving average (pergerakan harga rata-rata) 50 hari bersilangan dengan moving average 200 hari.
Fenomena ini Terakhir kali ini terjadi pada 23 April 2019 di harga $5.400. Saat itu, penurunan harga mirip dengan yang kita lihat belakangan ini, sebelum harga kembali melonjak lebih dari 50% di bulan berikutnya.
Bitcoin sempat kembali melonjak ke Rp 137 juta pada Minggu malam 23 Februari. Setelah terjadi beberapa kali penurunan harga di akhir pekan, kini Bitcoin mulai stabil di harga Rp 133 juta.
Volume terus naik – Bitcoin sentuh volume tertinggi di 2020
Volume trading harian (7 hari rata-rata) Bitcoin dalam sepekan terus meningkat di minggu ketiga Februari 2020. Total volume trading per hari bahkan hampir menyentuh US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun.
Sejak awal 2020 tren volume mulai menunjukkan kenaikan yang cukup stabil seiring meningkatnya harga. Berdasarkan kalkulasi dari tradingview, dari awal 2020 hingga berita ini ditulis, Bitcoin telah hasilkan imbalan investasi (ROI) 37%.
Harga Bitcoin turun! Efek lanjutan dari COVID-19?
Pemerintah Italia membuka fasilitas karantina di 10 kota karena COVID-19. Jumlah orang yang terinfeksi di Italia naik menjadi 152 orang dan 7 orang meninggal.
Ancaman COVID-19 terhadap pasar global tampaknya mulai turun ketika Tiongkok dengan sigap melakukan segala upaya termasuk pembangunan Rumah Sakit dan karantina. Namun dampaknya masih terlihat bahkan menyebar mempengaruhi pasar aset tradisional. Sedangkan dampak terhadap Bitcoin masih diperdebatkan.
Meskipun harga turun sebesar 3,28% pada 24 Februari, trading Bitcoin terpantau di kisaran US$ 9.400 hingga US$ 9.900 (Rp 131 juta hingga Rp 138,6 juta). Di sisi lain harga emas dan perak masing-masing naik hampir 2%.
Permintaan investor institusional terus meningkat meskipun volume trading Bitcoin di CME anjlok
Volume trading harian Bitcoin futures di Chicago Mercantile Exchange (CME) menurun. Pada hari Jumat, 21 Februari volume trading menurun hingga US$ 118 juta atau Rp 1,6 triliun. Angka tersebut merupakan yang terendah dalam sejarah. Meskipun demikian, tiga hari sebelumnya volume Bitcoin futures sempat sentuh rekor tertinggi untuk ketiga kalinya dalam sejarah pasar CME dengan total volume US$ 1,1 miliar (Rp 15,4 triliun).
Dilihat dari tren secara umum, penurunan ini masih mengindikasikan permintaan (demand) yang masih kuat akan Bitcoin futures dari institutional investor. Hal ini tervalidasi dengan nilai open interest Bitcoin futures yang mencapai US$ 338 juta atau sekitar Rp 47,3 triliun minggu lalu – tertinggi sejak musim panas tahun lalu.
Selain CME, kenaikan permintaan juga terlihat di pasar Bakkt. Nilai volume bulan Februari di pasar tersebut juga lebih tinggi dibandingkan rata-rata volume di 2019.