Mengenal Apa itu BTC dan Perbedaannya dengan ETH

Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) memiliki banyak kesamaan. Namun, perbedaan paling signifikan dari keduanya terletak pada tujuan utama dari masing-masing sistem tersebut. Maka untuk meningkatkan wawasan aset kripto Anda, cermati ulasan berikut untuk mengetahui perbedaan paling mendasar di antara keduanya.
Daftar isi
Apa perbedaan antara Bitcoin dan Ethereum?
Banyak yang memanfaatkan Bitcoin sebagai tempat menyimpan harta digital. Karena itu, seiring berjalannya waktu, BTC pun tumbuh menjadi mata uang yang dapat diadopsi di beberapa negara di dunia. Bahkan, tak sedikit yang mengatakan bahwa BTC dapat memperbaiki atau menggantikan peran uang konvensional sampai batas tertentu. Sementara itu, tujuan Ethereum sendiri adalah menjadi platform yang mendukung smart contract yang berguna untuk menjalankan sebuah transaksi tanpa pihak ketiga.
Perbedaan penting lainnya antara BTC dan ETH terletak pada pasokan atau jumlah koin yang beredar. Jumlah Bitcoin dibatasi hingga 21 juta keping, sedangkan Ethereum tidak memiliki jumlah batasan koin yang spesifik. Baik BTC ataupun ETH, keduanya diperoleh melalui proses yang disebut penambangan (mining). Kendati demikian, ada rencana untuk mengalihkan produksi Ethereum dari model proof of work ke model proof of stake (PoS), yang dinilai lebih ramah lingkungan.
Kemudian, apabila bicara dari segi teknisnya, terdapat perbedaan pada teknologi yang mendukung platform BTC dan ETH. Akan tetapi, agak susah untuk menemukannya di tahap awal karena mereka terlihat mirip antara satu sama lain. Karenanya, kita perlu menunggu hingga BTC dan ETH tumbuh di tahun-tahun mendatang, di mana perbedaan keduanya mungkin menjadi jauh lebih jelas.
Baca juga: Mengapa Harga Ethereum (ETH) Begitu Bernilai?
Proof of Work vs. Proof of Stake: Panduan Dasar Penambangan
Mari bicara lebih jauh soal kedua istilah yang berperan penting dalam penambangan ini. Anda mungkin pernah mendengar tentang ide untuk beralih dari konsensus Ethereum berdasarkan sistem proof of work (PoW), ke suatu sistem yang dinamakan proof of stake (PoS).
Agar lebih jelas, mari kita mulai dengan mengulik definisi dasarnya. Proof of work dapat diartikan sebagai protokol yang memiliki tujuan utama untuk mencegah serangan siber. Contohnya seperti serangan DDoS (distributed denial-of-service), sebuah serangan yang bertujuan untuk menghabiskan sumber daya sistem komputer dengan mengirimkan permintaan-permintaan palsu.
Konsep PoW sendiri sudah ada sebelum BTC muncul. Satoshi Nakamoto bahkan telah menerapkan teknik tersebut pada Bitcoin dan mencoba untuk merevolusi cara pengaturan transaksi tradisional.
Baca juga: Mengenal Konsensus Algoritma dalam Blockchain: PoW & PoS
Ide PoW awalnya diterbitkan oleh Moni Naor dan Cynthia Dwork pada tahun 1993, tetapi istilah “proof of work” diciptakan oleh Markus Jakobsson dan Ari Juels dalam sebuah dokumen yang diterbitkan pada tahun 1999.
Sementara itu, proof of stake (PoS) akan membuat mekanisme konsensus sepenuhnya virtual. Meskipun proses keseluruhannya tetap sama dengan PoW, metode yang dilakukan untuk mencapai tujuan akhirnya dapat berbeda 100%.
Di PoW, para penambang harus dapat memecahkan suatu teka-teki kriptografi yang menantang dengan memanfaatkan sumber daya komputasi mereka. Di PoS, alih-alih penambang, kita justru lebih mungkin menemukan para validator. Dalam blockchain, mereka adalah peserta dalam konsensus PoS. Validator mengunci beberapa Ether sebagai “pasak” dalam ekosistem mereka.
Kesimpulan
Jika ingin bicara soal perbedaan Bitcoin dan Ethereum, kita dapat melihat keduanya dari segi tujuan utama sistemnya dan jumlah koin yang diedarkan. Semoga artikel ini dapat membantu Anda untuk lebih memahami apa perbedaan di antara kedua platform tersebut.
Baca juga: Mengenal Apa itu Ethereum Classic (ETC)?